TITRIMETRI


A. Beberapa Pengertian dan Istilah Titrimeti
Analisa titrimetri atau analisa volumetrik adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.
Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH.
Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar.
Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar.
Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik ekuivalen ini tidak dapat diamati, karena itu perlu bantuan senyawa lain yang dapat menunjukkan saat titrasi harus dihentikan. Senyawa ini dinamakan indikator.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik adalah sebagai berikut :
1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.
3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia maupun secara fisika.
4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.
Alat-alat yang digunakan pada analisa titrimetri ini adalah sebagai berikut :
1. Alat pengukur volume kuantitatif seperti buret, labu tentukur, dan pipet volume yang telah di kalibrasi.
2. Larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti atau baku primer dan sekunder dengan kemurnian tinggi.
3. Indikator atau alat lain yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.
Penggolongan analisis titrimetri ini, berdasarkan ;
1. Reaksi Kimia :
Ø Reaksi asam-basa (reaksi netralisasi)
Jika larutan bakunya adalah larutan basa, maka zat yang akan ditentukan haruslah bersifat asam dan sebaliknya.
Berdasarkan sifat larutan bakunya, titrasi dibagi atas :
1. Asidimetri adalah titrasi penetralan yang menggunakan larutan baku asam.
Contoh : HCl, H2SO4
2. Alkalimetri adalah titrasi penetralan yang menggunakan larutan baku basa.
Contoh : NaOH, KOH
Ø Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)
Yang terjadi adalah reaksi antara senyawa/ ion yang bersifat sebagai oksidator dengan senyawa/ ion yang bersifat sebagai reduktor dan sebaliknya.
Berdasarkan larutan bakunya, titrasi dibagi atas :
1. Oksidimetri adalah metode titrasi redoks yang dimana larutan baku yang digunakan bersifat sebagai oksidator.
Yang termasuk titrasi oksidimetri adalah :
· Permanganometri, larutan bakunya : KMnO4
· Dikromatometri, larutan bakunya : K2Cr2O7
· Serimetri, larutan bakunya : Ce(SO4)2, Ce(NH4)2SO4
· Iodimetri, larutan bakunya : I2
2. Reduksimetri adalah titrasi redoks dimana larutan baku yang digunakan bersifat sebagai reduktor.
Yang termasuk titrasi reduksimetri adalah :
Iodometri, larutan bakunya : Na2S2O3 . 5H2O
Ø Reaksi Pengendapan (presipitasi)
Yang terjadi adalah reaksi penggabungan ion yang menghasilkan endapan/ senyawa yang praktis tidak terionisasi.
Yang termasuk titrasi pengendapan adalah :
1. Argentometri, larutan bakunya : AgNO3
2. Merkurimetri, larutan bakunya : Hg(NO3)2/ logam raksa itu sendiri
3.
Ø Reaksi pembentukan kompleks
Titrasi kompleksometri digunakan untuk menetapkan kadar ion-ion alkali dan alkali tanah/ ion-ion logam. Larutan bakunya : EDTA
2. Berdasarkan cara titrasi
· Titrasi langsung
· Titrasi kembali (titrasi balik/residual titration)
3. Berdasarkan jumlah sampel
· Titrasi makro
Jumlah sampel : 100 – 1000 mg
Volume titran : 10 – 20 mL
Ketelitian buret : 0,02 mL.
· Titrasi semi mikro
Jumlah sampel : 10 – 100 mg
Volume titran : 1 – 10 mL
Ketelitian buret : 0,001 mL
· Titrasi mikro
Jumlah sampel : 1 – 10 mg
Volume titran : 0,1 – 1 mL
Ketelitian buret : 0,001 mL
B. Larutan Baku
Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat dan teliti. Senyawa yang digunakan untuk membuat larutan baku dinamakan senyawa baku.
Senyawa baku dibedakan menjadi dua, yaitu :
Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk membakukan larutan standar dan untuk membuat larutan baku yang konsentrasi larutannya dapat dihitung dari hasil penimbangan senyawanya dan volume larutan yang dibuat.
Contohnya : H2C2O4 . 2H2O, Asam Benzoat (C6H5COOH), Na2CO3, K2Cr2O7, As2O3, KBrO3, KIO3, NaCl, dll.
Syarat-syarat baku primer :
1. Diketahui dengan pasti rumus molekulnya
2. Mudah didapat dalam keadaan murni dan mudah dimurnikan
3. Stabil, tidak mudah bereaksi dengan CO2, cahaya dan uap air
4. Mempunyai Mr yang tinggi
Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer kareana sifatnya yang tidak stabil, dan kemudian digunakan untuk membakukan larutan standar. Contoh : larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium. Keterangan : pa (pro analisa)
No.
Larutan Baku
Baku Primer
1.
NaOH
H2C2O4 (as. oksalat), C6H5COOH (as. benzoat), KHP
2.
HCl
Na2B4O7 (nat. tetraborat), Na2CO3 (nat. karbonat)
3.
KMnO4
H2C2O4, As2O3 (arsen trioksida)
4.
Iodium
As2O3, Na2S2O3.5H2O baku (nat. tio sulfat)
5.
Serium (IV) Sulfat
As2O3, serbuk Fe pa.
6.
AgNO3
NaCl, NH4CNS
7.
Na2S2O3
K2Cr2O7, KBrO3, KIO3
8.
EDTA
CaCO3 pa, Mg pa
C. Kenormalan Larutan
adalah jumlah ekuivalen zat terlarut yang ada dalam setiap liter larutan ekuivalen dan bobot ekuivalen besarnya ditentukan oleh reaksi yang terjadi, meskipun ada hubungannya dengan mol, Mr atau Ar.
D. Teori Dasar Titrasi Asam – Basa
1. Teori Asam – Basa menurut Arhennius
· Asam adalah semua senyawa yang dalam bentuk larutan dapat menghasilkan ion H+.
· Basa adalah semua senyawa yang dalam bentuk larutan dapat menghasilkan ion OH-.
2. Teori Asam – Basa menurut Brownsted Lowry
· Asam adalah pemberi/ donor proton.
· Basa adalah penerima/ akseptor proton.
3. Teori Asam – Basa menurut Lewis
· Asam adalah pemberi pasangan elektron.
· Basa adalah penerima pasangan elektron.
E. Indikator dalam Titrasi Asam – Basa
Indikator yang digunakan dalam titrasi asam – basa dinamakan indikator asam – basa.
No.
Nama
Indikator
Warna
Trayek pH
Asam
Basa
1.
Metil Kuning
Merah
Kuning Jingga
2,9 – 4,0
2.
Metil Jingga
Merah
Jingga Kuning
3,1 – 4,4
3.
Bromo Fenol Blue
Kuning
Ungu
3,0 – 4,6
4.
Merah Metil
Merah
Kuning
4,2 - 6,2
5.
Fenol Merah
Kuning
Merah
6,4 – 8,0
6.
Timol Blue
Kuning
Biru
8,0 – 9,6
7.
Phenolphtalein
Tidak Berwarna
Merah Ungu
8,0 – 9,8
F. Bobot Ekuivalen
BE dalam titrasi asam – basa adalah banyaknya mol suatu zat yang setara dengan ion OH- atau ion H+.
Contoh :
· HCl H+ + Cl-
1mol HCl setara dengan 1mol H+
BE HCl = 1 mol
· H2SO4 2H+ + SO42-
1mol H2SO4 setara dengan 2mol H+
½ mol H2SO4 setara dengan 1mol H+
BE H2SO4 = ½ mol



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

GRAVIMETRI

Metode analisis gravimetri adalah suatu metode analisis yang didasarkan pada pengukuran berat, yang melibatkan: pembentukan, isolasi dan pengukuran berat dari suatu endapan.

Kinerja Metode Gravimetri
• Relatif lambat
• Memerlukan sedikit peralatan  Neraca dan oven
• Tidak memerlukan kalibrasi  Hasil didasarkan pada berat molekul
• Akurasi 1-2 bagian per seribu
• Sensitivitas: analit > 1%
• Selektivitas: tidak terlalu spesifik

Soluble dan Insoluble
Bila suatu zat terlarut larut sangat sedikit dalam pelarut (kurang dari 0,1 gram zat terlarut dalam 1000 g pelarut) maka zat itu disebut sukar larut (insoluble).
Berikut ini adalah aturan kelarutan senyawa ionik dalam pelarut air pada suhu kamar (25oC).

Solubility Rules
(untuk senyawa ionik dalam pelarut air pada suhu 25oC)
Semua senyawa logam alkali (grup 1A) soluble
Semua senyawa amonium (NH4+) soluble
Semua senyawa NO3-, clo3- dan clo4- soluble
Semua senyawa NO2- soluble kecuali Ag+
Semua senyawa asetat soluble kecuali Ag+ , Hg22+, Bi3+
Senyawa Cl-,Br-,I- soluble kecuali: Ag+, Hg22+, Pb2+
Senyawa SO42- soluble kecuali: Ca,Ag (slight.sol), Ba, Hg2+, Pb (insoluble)
Senyawa OH- insoluble kecuali: 1A, NH4+, Ba (soluble) Ca (slightly soluble)
Senyawa oksida insoluble kecuali: 1A, Ba2+, Ca2+, Sr2+
Senyawa CO32-, PO43-, S2- insoluble kecuali: 1A, NH4+
(logam 1A adalah Na+, K+)

SOAL: Golongkan senyawa ionik berikut sebagai soluble, slightly soluble atau insoluble
Perak sulfat, Kalsium kabonat, Natrium fosfat
CuS ; Ca(OH)2 ; Zn(NO3)2

Solubility Product (hasil kali kelarutan)
Untuk suatu kesetimbangan kelarutan (endapan) berikut :
AgCl(s) Ag+(aq) + Cl-(aq)
semua AgCl yang terlarut, terdisosiasi sempurna
Ksp = [Ag+] [Cl-]
Q (hasilkali ion-ion)
Q < q =" Ksp"> Ksp supersaturated solution [Ag+] [Cl-] > 1,6 x 10-10
AgCl mengendap bila sampai [Ag+] [Cl-] = 1,6 x 10-10

Kelarutan molar perak sulfat adalah 1,5 x 10-2 mol/L. Hitung Kspnya!
Jawab: terlebih dahulu tuliskan persamaan kesetimbangan kelarutannya:
Ag2SO4(s) 2 Ag+(aq) + SO42-(aq)
dari stoikiometri diketahui 1 mol Ag2SO4 menghasilkan 2 mol Ag+ dan 1 mol SO42-. Maka, jika 1,5 x 10-2 mol Ag2SO4 dilarutkan dalam 1 liter larutan, konsentrasinya
[Ag+] = 2 x 1,5 x 10-2 = 3 x 10-2 M
[SO42-] = 1,5 x 10-2 M
sekarang kita dapat menghitung konstanta hasil kali kelarutannnya
Ksp = [Ag+]2 [SO42-] = (3 x 10-2)2 (1,5 x 10-2) = 1,4 x 10-5
Kelarutan dari kalsium sulfat(136,2 g/mol) adalah 0,67 g/L. Hitung Kspnya!
Jawab: terlebih dahulu hitung banyaknya mol CaSO4 yang terlarut dalam 1 liter larutan
0,67 g CaSO4 X 1 mol CaSO4 = 4,9 x 10-3 mol/L
1L larutan 136,2 g CaSO4

Dari kesetimbangan kelarutan CaSO4, setiap 1 mol CaSO4 menghasilkan 1 mol Ca+ dan 1 mol SO42-.
CaSO4(s) Ca+(aq) + SO42-(aq), maka pada kesetimbangan konsentrasi ion-ionnya adalah : [Ca+] = 4,9 x 10-3 dan [SO42-] = 4,9 x 10-3
maka Ksp = [Ca+] [SO42-] = (4,9 x 10-3) (4,9 x 10-3) = 2,4 x 10-5

Hubungan antara Ksp dan kelarutan molar (molar solubility) (s)
Q Kation Anion Ksp Kelarutan
AgCl [Ag+][Cl-] s s Ksp= s2 s=(Ksp)1/2
Ag2CO3 [Ag+]2 [CO32-] 2s s Ksp= 4s2 s=(Ksp/4)1/3
PbF2 [Pb2+][F-]2 s 2s Ksp= 4s2 s=(Ksp/4)1/3
Al(OH)3 [Al3+][OH-]3 s 3s Ksp= 27s4 s=(Ksp/27)1/4
Ca3(PO4)2 [Ca2+]3[PO43-]2 3s 2s Ksp= 108s5 s=(Ksp/108)1/5

PROSEDUR GRAVIMETRI
• Penyiapan larutan
• Pengendapan
• Pencernaan
• Penyaringan
• Pencucian
• Pengeringan / pemanggangan
• Penimbangan
• पेर्हितुंगन

PENYIAPAN LARUTAN
pH sangat berpengaruh pada kelarutan endapan
CaC2O4 insoluble pada pH >
C2O4 membentuk asam lemah pada pH< supersaturation =" Q" q =" konsentrasi" s =" kesetimbangan">> endapan berbentuk koloid
Jika RSS << endapan berbentuk kristalin

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UKURAN ENDAPAN
Untuk memperoleh endapan yang besar
RSS<< S↑ DAN Q↓
S↑ suhu ditingkatkan (pemanasan larutan)
pH rendah
Q↓ pengendapan dari larutan encer,
penambahan reagen sedikit demi sedikit disertai pengadukan

MEKANISME PEMBENTUKAN ENDAPAN
Terbentuknya endapan dimulai dari terbentuknya larutan lewat jenuh (super saturated
solution).
Nukleasi, sejumlah partikel (ion, atom atau molekul) membentuk inti mikroskopik dari fasa padat, semakin tinggi derajat lewat jenuh, semakin besar laju nukleasi. Pembentukan nukleasi dapat secara langsung atau dengan induksi.
Proses pengendapan selanjutnya merupakan kompetisi antara nukleasi dan PARTICLE
GROWTH.
PARTICLE GROWTH : Begitu suatu situs nukleasi terbentuk, ion-ion lain tertarik sehingga membentuk partikel besar yang dapat disaring.





Apabila nukleasi yang lebih dominan maka partikel kecil yang banyak, bila particle growth yang lebih dominan maka partikel besar yang dihasilkan.
Jika pengendapan terbentuk pada RSS relatif besar maka nukleasi merupakan mekanisme utama sehingga endapan yang dihasilkan berupa partikel kecil.

ENDAPAN KOLOID
Contoh:
AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3
AgCl cenderung membentuk endapan koloid.


Partikel perak klorida





Lapisan adsorpsi primer


Lapisan counter ion

Air



Pada awalnya hanya terdapat sangat sedikit Cl- bebas di dalam larutan disebabkan Ag+ berlebih.
Lapisan terluar dari endapan yang mengandung kedua ion cenderung untuk menarik Ag+ ke lapisan primer.




Ukuran koloid dapat ditingkatkan dengan pemanasan, pengadukan dan penambahan elektrolit. Proses merubah koloid sehingga dapat disaring disebut koagulasi atau aglomerasi.

KOAGULASI
Beberapa koloid bila berkoagulasi, mengangkut turun sejumlah besar air menghasilkan
endapan mirip selai / gel.
 Liofilik/hidrofilik/emulsoid : koloid yg mempunyai afinitas kuat terhadap pelarut/air
contoh: Fe(OH)3
 Liofobik/suspensoid : koloid yg mempunyai afinitas terhadap pelarut/air rendah,
contoh: AgCl
Suspensi koloid stabil karena partikelnya bermuatan sama. Muatan tersebut dihasilkan dari kation atau anion yang terikat ke permukaan partikel proses yg dinamakan adsorpsi. NaCl ditambahkan pada larutan AgNO3 maka AgCl yang terbentuk bermuatan positif (adanya ion Ag+ berlebih dalam larutan).
Muatan akan berubah negatif bila NaCl ditambahkan terus ke dalam larutan. Lapisan adsorpsi primer dan lapisan counter-ion membentuk electric double layer yang menstabilisasi koloid.


Dua pendekatan yang biasa dipakai agar koloid berkoagulasi:
1. Pemanasan disertai pengadukan secara nyata menurunkan jumlah ion yang terabsorb per partikel mengurangi ukuran lapisan counter ion, sehingga memudahkan partikel untuk berdekatan. Pemanasan mengakibatkan berkurangnya jumlah ion yang teradsorpsi mengurangi double layer.
2. Meningkatkan konsentrasi elektrolit larutan senyawa ionik yang tidak mengganggu, dapat ditambahkan ke dalam larutan. Hal ini dapat menetralisasikan partikel. PENAMBAHAN ELEKTROLIT YG SESUAI AKAN MENGURANGI DOUBLE LAYER.

PEPTISASI KOLOID
Proses dimana koloid yg terkoagulasi kembali ke keadaan semula terjadi pada saat pencucian, elektrolit menghilang, lapisan counter ion membesar (ini merupakan suatu
dilema).
Untuk menghindarinya :
 Menggunakan elektrolit volatile
 Pencernaan (digestion)
 Penuaan (aging)
Garam volatil dapat digunakan semasa pencucian. Hal ini utk menggantikan counter ion berlebih. Elektrolit akan hilang bersama dengan pengeringan endapan. Sebagai contoh endapan AgCl dapat dicuci dengan larutan HCl atau asam nitrat. Pengeringan pada suhu 110oC akan menghilangkan HCl.

Pencernaan : pemanasan larutan ± 1 jam setelah pembentukan endapan. Hal ini membantu untuk menghilangkan air yang terikat pada endapan.


Penuaan: penyimpanan larutan tanpa pemanasan, selama semalam. Hal ini memberi
kesempatan pengotor untuk keluar dari endapan.

ENDAPAN KRISTALIN
PADATAN KRISTALIN DAPAT MENINGKAT DENGAN CARA :
1. Meminimasi Q gunakan larutan encer, penambahan reagen perlahan, pengadukan
2. Memaksimalisasi S pemanasan , pengaturan pH
3. Digestion menghasilkan endapan yg lbh murni dan mudah disaring

KOPRESIPITASI
Fenomena dimana senyawa soluble ikut mengendap bersama dengan analit (senyawa
tersebut bukanlah merupakan material yang seharusnya mengendap).
Contoh: H2SO4 ditambahkan pada BaCl2 yang mengandung sedikit nitrat, ternyata endapan BaSO4 mengandung BaNO3 (nitrat itu dikopresipitasikan bersama dengan sulfatnya).

4 JENIS KOPRESIPITASI: SURFACE ADSORPTION, MIXED CRYSTAL FORMATION (proses kesetimbangan), OCCLUSION DAN MECHANICAL ENTRAPMENT (kinetika dari crystal growth).

SURFACE ADSORPTION
Terjadi apabila ion-ion yang teradsorpsi ditarik ke bawah bersama-sama endapan selama proses koagulasi sehingga permukaaan endapan mengandung ion-ion yang teradsorpsi. Keadaan ini sering terjadi pada koloid terkoagulasi (memiliki luas permuakaan yang luas yang terbuka kepada pelarut). Contohnya pada endapan AgCl, akan mengandung sedikit nirat. Pada penentuan Cl- terbentuk endapan AgCl (koloid terkoagulasi) terkontaminasi dengan ion Ag+ bersama dengan NO3- atau ion lain yang terdapat pada lapisan counter-ion sehingga AgNO3 ikut mengendap. Untuk menguranginya dengan :
1. Digestion memperkecil luas permukaan.
2. Pencucian dengan larutan yg mengandung elektrolit volatil, menggantikan elektrolit nonvolatil. Contoh pada penentuan Ag+ dengan menambah Cl- dimana spesi teradsorpsi yang utama adalah Cl-. Penambahan larutan asam akan menggantikan lapisan counter-ion dengan H+, shg kedua ion tersebut yang berada pada double layer membentuk HCl yang volatil.
3. Represipitasi atau presipitasi ganda. Endapan yang sudah disaring dilarutkan kembali untuk kemudian diendapkan kembali. Cara ini efektif mengatasi kopresipitasi pada pengendapan oksida hidrous besi(III) dan alumunium yang terkontaminasi dengan kation logam berat spt Zn Cd dan Mn.

MIXED-CRYSTAL FORMATION
Satu dari ion yg terdapat pada kisi kristal dari endapan digantikan dengan ion lain yang memiliki muatan dan ukuran yang hampir sama. Kehadiran ion-ion yang serupa dapat menggantikan analit yang dikehendaki di dalam kisi kristal selama proses pengendapan. Kedua garam memiliki golongan kristal yg sama.
Contoh dalam penentuan sulfat sebagai BaSO4 kehadiran ion Pb atau Sr menyebabkan suatu kristal campur yang mengandung PbSO4atau SrSO4.
Contoh lain: MgKPO4 pada endapan MgNH4PO4, SrSO4 pada BaSO4, MnS pada CdS.

Mengatasinya dengan menghilangkan ion-ion yang kemungkinan menjadi kontaminan sebelum dilakukannya pengendapan atau mengganti agen pengendap yang tidak menghasilkan pembentukan mixed-crystal.



OCCLUSION
Terjadi pada saat pertumbuhan kristal berlangsung cepat, ion-ion asing pada counter-ion kemungkinan terperangkap di dalam kristal yg tumbuh.
Jika pertumbuhan kristal terlalu cepat, beberapa counter ion tidak memiliki waktu untuk terlepas dari permukaan.

MECHANICAL ENTRAPMENT

Terjadi karena beberapa kristal yang tumbuh terletak berdekatan sehingga memerangkap molekul pelarut. Walaupun pelarut dapat dihilangkan dengan pengeringan namun ion yang terperangkap akan tetap dalam endapan.
Oklusi dan mechanical entrapment dapat diminimasi jika kecepatan pertumbuhan kristal diperlambat kondisi lewat jenuh yg rendah.
Juga dengan digestion, represipitasi yang terjadi pada suhu tinggi membuka kantong perangkap dan memberikan kesempatan larutan keluar.

PERHITUNGAN GRAVIMETRI
Perhitungan gravimetri secara sederhana merupakan pengembangan dari perhitungan
Stoikhiometri.
Faktor stoikhiometri lebih didasarkan pada jumlah (dalam mol) analit yang terdapat dalam endapan yang ditimbang.

Faktor gravimetric = Mol analit dalam endapan x BM analit
BM endapan
Setelah sampel berisi analit yang dikehendaki diperoleh, lakukan penimbangan. Tahap berikutnya, merubah sampel ke bentuk yang dapat ditimbang (dalam hal ini: endapan). Bila endapan yang didapat adalah analit yang dikehendaki maka :

% Analit = (berat Analit / berat sampel) x 100 %

Biasanya endapan yang didapat mengandung analit bersama dengan unsur lain. Untuk itu, berat analit ditentukan dengan faktor gravimetri.



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO