Bantulah ia tersenyum
*Oleh : Chaerani
Azizah
Alam ini begitu indah. Jangan biarkan ia
menampakkan kesedihan dalam raut wajahnya. Air, tanah, dan udara yang selalu
memberikan kenikmatan untuk kita. Pantaskah kita biarkan ia cemberut akibat
polutan-polutan yang tak pernah ia inginkan. Bantulah ia tersenyum :”)
SEKILAS INFO
Dalam penelitian Mahasiswa Fakultas Sains &
Teknik Universtitas Jenderal Soedirman Dhama Peni Lasari, dalam situs ESDM,
Jakarta, Minggu (27/6/2010) disampaikan bahwa; limbah yang dihasilkan dari kilang
minyak berupa limbah cair dan limbah padat. Produksi kilang minyak bumi
sebanyak seribu barel per hari akan menghasilkan limbah padat (lumpur minyak)
lebih dari 2,6 barel. Sedangkan di Indonesia, produksi kilang menghasilkan
minyak bumi sekitar 1,2 juta barel per hari yang berarti menghasilkan limbah
padat sebanyak 3.120 barel per hari dan dalam waktu satu tahun menghasilkan
limbah sebanyak 1.3 juta barel, yang 285 ribu barel diantaranya adalah limbah
B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang mengandung n-alkana, parafin, hidrokarbon polinuklear aromatik, aromatik
dan beberapa jenis logam berat seperti arsen (As), cadmium (Cd), krom (Cr),
raksa (Hg), nikel (Ni), timbal (Pb), tembaga (Cu), dan seng (Zn).
Limbah minyak bumi tersebut berasal dari buangan
hasil eksplorasi produksi minyak, pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas penyimpanan, pemrosesan, dan tangki penyimpanan minyak pada kapal laut. Limbah minyak bersifat mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan
bersifat korosif. Limbah minyak merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3), konsentrasi maupun jumlahnya dapat mencemarkan dan membahayakan lingkungan
hidup, serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya.
Sungguh ironis
keadaan bumi tercinta ini. Pencemaran lingkungan oleh senyawa hidrokarbon minyak terus mengalami
peningkatan yang
menimbulkan
dampak bagi kesehatan organisme hidup. Hal
ini dikarenakan keegoisan manusia dalam memanfaatkan potensi alam tanpa
memperdulikan akibat yang ditimbulkan dari hasil eksploitasi. Salah satu
pencemaran tersebut adalah pencemaran yang ditimbulkan dari banyaknya
tumpahan-tumpahan minyak bumi di lautan yang bahan utama kandungannya adalah hidrokarbon alifatik dan aromatik.
PROSES TERCEMARNYA
Dampak negatif dari hasil limbah minyak bumi tersebut akan berlanjut kepada
kesehatan manusia. Proses ini terjadi bermula dari tumpahan
minyak bumi
yang masuk ke dalam ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian larut dalam
air, sebagian tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian
masuk ke dalam jaringan tubuh organisme laut (termasuk fitoplankton, ikan,
udang, cumi-cumi, kerang, rumput laut dan lain-lain).
Polutan tersebut
mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai ikan predator dan pada
akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini berada dalam jaringan tubuh
organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian dijadikan
sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi kesehatan manusia.
Dengan adanya siklus pencemaran minyak bumi diatas, hasil limbah minyak
bumi akan bardampak negatif bagi lingkungan hidup, kelangsungan hidup manusia
dan makhluk hidup lainnya. Sehingga upaya penanggulangannya
mutlak harus dilakukan.
Dalam hal ini, Pengolahan limbah secara
biologi merupakan alternatif yang efektif dari segi biaya dan aman bagi lingkungan. Pengolahan
dengan metode biologis disebut juga bioremediasi, yang dapat menjadi teknologi alternatif
dalam menangani pencemaran yang diakibatkan oleh kegiatan pertambangan di
Indonesia.
BIOREMEDIASI
Bioremediasi adalah proses bioteknologi
yang memanfaatkan makhluk hidup khususnya mikroorganisme (jamur, bakteri) untuk menurunkan konsentrasi atau daya racun. Bioremediasi bertujuan untuk memecah
atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak
beracun (karbon dioksida dan air).
Mikroorganisme,
terutama bakteri yang mampu mendegradasi senyawa yang terdapat di dalam hidrokarbon minyak bumi disebut bakteri hidrokarbonoklastik. Bakteri ini mampu
men-degradasi senyawa hidrokarbon dengan memanfaatkan senyawa tersebut sebagai
sumber karbon dan energi yang diperlukan bagi pertumbuhannya.
Bakteri
hidrokarbonoklastik diantaranya adalah Pseudomonas, Arthrobacter, Alcaligenes, Brevibacterium, Brevibacillus , dan Bacillus. Bakteri-bakteri tersebut banyak tersebar di alam,
termasuk dalam perairan atau sedimen yang tercemar oleh minyak bumi atau hidrokarbon. Kita hanya perlu mengisolasi bakteri hidrokarbonoklastik tersebut dari alam dan mengkulturnya, selanjutnya kita
bisa menggunakannya sebagai pengolah limbah minyak bumi secara biologi dengan
jalan bioremediasi.
Berdasarkan informasi yang didapat melalui hasil browsing di internet. Sejak tahun 1900an, masyarakat sudah menggunakan mikroorganisme untuk mengolah air pada saluran air. Saat ini, bioremediasi telah
berkembang pada perawatan limbah buangan yang berbahaya (senyawa-senyawa kimia
yang sulit untuk didegradasi), yang biasanya dihubungkan dengan kegiatan
industri. Yang termasuk dalam polutan-polutan ini antara lain logam-logam
berat, petroleum
hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik
terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, dan lain-lain. Banyak aplikasi-aplikasi baru menggunakan mikroorganisme untuk mengurangi polutan yang sedang diujicobakan.
PENELITIAN SEPUTAR BIOREMEDIASI
Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Nurhayati dkk dengan judul ‘khamir genus candida untuk bioremediasi
lingkungan tercemar hidrokarbon’, mikroba yang digunakan dalam mendegradasi minyak yang
telah mencemari air laut adalah mikroba dari genus Candida. Cara yang digunakan isolat Candida dalam mendegradasi
minyak dengan memanfaatkan hidrokarbon minyak untuk pertumbuhan dengan memotong
hidrokarbon alifatik dan aromatik.
Secara
umum, proses pendegradasian minyak bumi yaitu pada saat
isolat Candida melakukan biodegradasi pada
hidrokarbon, Candida memproduksi biosurfaktan. Biosurfaktan
adalah surfaktan yang disintesis oleh mikroorganisme, terutama jika mereka
ditumbuhkan pada substrat yang tidak larut dalam air. Adanya
surfakatan yang disintesis oleh mikroorganisme, minyak yang mencemari air laut
dapat larut dalam air, dikarenakan surfaktan dapat mereduksi tegangan permukaan
dan membentuk emulsi.
Sehingga jumlah Candida
yang telah dikembangkan pada laboratorium dapat digunakan
untuk bioremediasi laut.
Institut Pertanian
Bogor (IPB) menemukan teknologi bioremediasi yang lebih efektif untuk mengatasi
limbah tambang. Peneliti dari Program Teknologi Tanah dan Lingkungan IPB, Dr Ir
Dwi Andreas Santosa mengatakan di Bogor, teknologi itu memanfaatkan empat jenis
bakteri lokal, yang mampu membersihkan limbah lumpur minyak empat kali lebih
cepat dan menurunkan kadar merkuri hingga 98,5 persen.
Sumastri dalam
penelitiannya menyatakan bahwa bakteri Pseudomonas
stutzeri, P. Mallei, Bacillus alvei, B. Cereus, B. Sphaericus merupakan
bakteri hasil seleksi yang tumbuh baik dalam lumpur minyak bumi dengan
menggunakan campuran kascing, tanah dan pasir (pengomposan).
Penelitian lain
dilakukan oleh Tutik Murniasih, Yopi, dan Budiawan. Studi tentang potensi bakteri laut pendegradasi
poliaromatik hidrokarbon dilakukan terhadap beberapa isolat yang diisolasi dari
air laut tercemar daerah pelabuhan Kumai. Uji tingkat biodegradasi terhadap
senyawa fenantren dari isolat terpilih Pseudomonas sp
Kalp3b22 terbukti dapat mendegradasi Fenantren sebesar 59,5% selama 29 hari kultivasi.
Penentuan struktur senyawa hasil degradasi menunjukkan adanya senyawa
1-naftalenol pada akhir fermentasi.
Semua penelitian dengan menggunakan teknik
bioremediasi, yang pertama dilakukan adalah mengaktifkan bakteri
alami pengurai minyak bumi yang ada di dalam tanah yang mengalami pencemaran
tersebut. Bakteri ini kemudian akan menguraikan limbah minyak bumi yang telah
dikondisikan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan hidup bakteri
tersebut. Dalam waktu yang cukup singkat kandungan minyak akan berkurang dan
akhirnya hilang,
BANTULAH IA TERSENYUM
Pembuatan artikel ini telah didapat dari beberapa sumber
referensi, diharapkan dapat menambah ilmu kita dalam memperbaiki lingkungan
yang mulai tercemar, dengan memanfaatkan
makhluk hidup khususnya mikroorganisme untuk memecah atau
mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun.
Dengan kekayaan
potensi mikroorganisme di Indonesia, kita pun dapat berharap pencemaran limbah di bumi tercinta ini dapat diatasi
melalui teknologi bioremediasi. Alam pun akan tersenyum dengan pesona indahnya. Semoga artikel
ini bermanfaat.
*Mahasiswi FITK Pendidikan Kimia - UIN
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO
Label:
Artikel
5
komentar